Kamis, 19 Juni 2014

Penjelasan Gamblang Mengenai Apa yang Membuat Kelas Menjadi Penuh Inspirasi bagi Siswa Belajar Mengekspresikan Perilaku dan Dialog Tokoh dalam Drama


             Motivasi berpangkal dari kata “motif”. Biasanya motif diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut Mc.Donald (dalam Suyanto dan Asep;2012:70), motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi sangat berperan dalam belajar, termasuk dalam belajar bahasa (Sudiana,2006:84). Motivasi dapat digunakan sebagai pengerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan, sehingga dapat mencapai tujuan dalam proses belajar.
            Motivasi dibedakan ada dua jenis, yaitu motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal adalah dorongan yang datang dari dalam diri sendiri, sedangkan motivasi eksternal merupakan dorongan yang datang dari luar diri. Yang terpenting menurut Hopkins (dalam Suyanto dan Asep;201:71) adalah bagaimana guru dapat memanfaatkan potensi dari motivasi intrinsik, dengan asumsi bahwa motivasi intrinsik ada dalam pikiran dan hati para siswa. Guru perlu memperhatikan persoalan motivasi dalam melaksanakan tugasnya. Guru perlu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan motivasi meningkat diharapkan tujuan pembelajaran bahasa bisa tercapai.
            Dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus mampu menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi pelajaran bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian, tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya (Wina Sanjaya,2008:174)
            Siswa datang ke sekolah untuk belajar dengan beragam motivasi, seperti:
1.      Siswa yang sepenuhnya aktif. Siswa yang sepenuhnya aktif adalah siswa yang siap dan mau mengerjakan tugas-tugas sekolah. Siswa yang termasuk dalam kategori ini mungkin bukan yang paling pintar di kelas dan mendapatkan nilai ujian tertinggi. Namun mereka adalah siswa yang ulet, memiliki motivasi yang berasal dari diri sendiri, dan siap memberikan kemampuan terbaiknya. Siswa-siswa seperti ini menyenangkan untuk diajar. 
2.      Siswa yang bertanggung jawab. Siswa yang sepenuhnya aktif adalah siswa yang memasuki keadaan kelas dalam keadaan siap untuk melakukan apa pun yang kita minta, tetapi tidak lebih dari itu. Mereka adalah para siswa yang penurut dan hormat, lebih termotivasi untuk menyenangkan kita. Siswa ini semacam ini cukup mudah untuk diajar.
3.      Siswa yang belajar dengan setengah hati. Siswa-siswa semacam ini biasanya lambat untuk mulai belajar dan cepat menyerah, dan mereka bisa menjadi siswa yang agak membuat frustasi untuk diajar.
4.      Siswa yang menghindari belajar. Kita mungkin akan menemukan siswa yang malas atau sama sekali tidak mau belajar. Siswa semacam ini akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari belajar. Mereka adalah siswa-siswa yang cendrung memiliki masalah kedisplinan, siswa yang sangat sering membuat kita kesal.
Permasalahan motivasi sering kali kita temukan di awal kehadiran siswa-siswa. Sebagain besar guru masih sulit mengubah para siswa yang menghindari belajar dan yang belajar dengan setengah hati, menjadi siswa yang bertanggung jawab dan pelajar yang sepenuhnya aktif.
Belajar dari Guru-guru Hebat
Mengajar adalah pekerjaan yang sulit dan menantang (LouAnne Johnson;2008:3). Mengajar adalah profesi yang paling indah di dunia. Mengajar memberikan tantangan dan kesempatan yang tiada habisnya berkembang. Guru yang baik adalah  guru yang memberikan inspirasi, motivasi dan tantangan kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.
Seorang guru yang bisa disebut sebagai guru hebat adalah guru yang memiliki trik khusus untuk membuat siswa meningkatkan motivasi mereka. Guru hebat dapat menginspirasi para siswa untuk belajar lebih keras. Sehingga siswa cenderung menaiki Tangga Pembelajaran Aktif (Gambar 1).


Gambar 1. Tangga Pembelajaran Aktif terdiri atas:
Tingkat 1:Siswa yang sepenuhnya aktif
Tingkat 2: Siswa yang bertanggung jawab
Tingkat 3: Siswa yang belajar dengan setengah hati
Tingkat 4: Siswa yang menghindari belajar
           
Guru hebat adalah guru yang mendapat komentar dari muridnya seperti, saya suka masuk kelas, saya tidak suka membolos, Beliau membuat kami menyukai pelajaran drama, dan lain-lain. Seorang guru tidak perlu mengubah kepribadian mengajar atau mengikuti model tertentu. Sebaiknya, ciptakan ciri khas tersendiri dan cara kita sendiri dalam mengajar sehingga dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan pembelajaran aktif. Para siswa perlu disentuh lebih dalam jika ingin menginspirasi msiswa untuk melakukan yang terbaik yang mampu mereka lakukan.
Sebuah Pendektan Penuh Inspirasi
            Anthony (dalam Nurjaya;2013:12) memandang pendekatan sebagai seperangkat asumsi yang paling berkaitan, yang bersangkutan dengan hakikat bangsa, dan hakikat mengajar dan belajar bahasa. Pendekatan dapat berupa cara pandang, filsafat, atau suatu kepercayaan dari seorang guru.
            Setelah bertahun-tahun, terbentuk suatu pendekatan praktis yang dapt menggerakkan kemampuan positif luar biasa yang dimiliki siswa. Pendekatan ini berdasarkan yang menyarankan suatu fokus terhadap kebutuhan alamiah siswa (deCharms; Havighurst; Maslow; Raths; Thelen; White dalam Merrill Harmin dengan Melanie Toth;2012:6).
            Ada beberapa perbedaan dalam pendekatan ini. Pertama, pendekatan ini menghususkan pada kebutuhan tertinggi siswa, seperti kebutuhan para siswa untuk berfungsi secara utuh atau menjadi seseorang yang mereka mampu. Kebutuhan defisiensi seperti kebutuhan makanan dan keamanan ditempatkan kebutuhan tersebut menjadi latar belakang. Pendekatan berkonsentrasi memunculkan kemampuan terbaik yang dimiliki oleh para siswa, yang sering kali disertai dengan kemampuan positif yang belum diketahui oleh siswa itu sendiri.
            Kunci kedua yang berbeda dalam pendekatan ini adalah bahwa tujuannya bukanlah mengeluarkan potensi terbaik siswa dengan cara yang biasa. Pendekatan ini berdasarkan realita dalam ruang kelas oleh karena itu, tujuan pendekatan ini yaitu melihat para siswa menerapkan potensi terbaik mereka pada tugas-tugas sekolah sehai-hari.
            Perbedaan yang terakhir, tujuan yang ingin dicapai dibuat dengan lebih konkret dan mudah diterapkan dengan fokus dalam lima potensi yang dapat diarahkan oleh guru dan secara langsung berperan pada keberhasilan sekolah.
Lima Kunci Kemampuan Siswa
Lima kemampuan siswa adalah dignity (martabat), energy, self management (manajemen diri), community (komunitas), dan awareness (kepedulian). Sering disingkat dengan DESCA. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memperhatikan lima kemampuan siswa tersebut.
Ketika memaparkan materi Drama untuk SMA kelas XI, pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam “Om Suastiastu”. Setelah siswa menjawab salam dari guru, guru akan melakukan presensi. Presensi dilakukan untuk mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir pada saat itu. Guru memberika acuan yang dapat diartikan sebagai usaha guru dalam memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dipelajari siswa dan langkah-langkah apa yang akan ditempuh siswa. Pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
1.      Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan.
2.      Menghayati watak tokoh yang akan diperankan.
3.      Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis, antagonis, atau tritagonis.
4.      Mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan teman.
Kedua, guru menyampaikan tugas yang akan dikerjakan siswa yakni siswa akan mengekpresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Ketiga, guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan yakni guru akan menjelaskan secara umum mengenai materi dan pembentukan kelompok.
            Setelah itu guru menjelaskan materi tentang drama. Guru menjelaskan pengertian drama, jenis-jenis drama, dan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik drama. Guru dalam menjelaskan materi melontarkan beberapa pertanyaan pada siswa untuk memancing siswa ikut berpikir. Hal ini dilakukan agar tidak hanya guru saja yang berbicara, tetapi siswa diajak untuk berpartisipasi. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyatakan pandangannya (dalam Suyanto dan Asep;2012:134). Misalnya, guru mengatakan “Kalian pasti pernah menonton drama, menurut kalian apa itu drama?”, “Drama yang seperti apa yang pernah kalian tonton?”, “Apa yang kalian ketahui tentang tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis?”. Misalnya siswa menjawab pertanyaan tentang tokoh antagonis. Ada siswa yang menjawab bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang jahat. Selain itu ada siswa yang menjawab bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang mempunyai sifat suka menyiksa tokoh yang baik. Dalam hal ini guru perlu memberikan kesimpulan, menyempurnakan ataupun meluruskan pemahaman siswa yang keliru. Guru menyampaikan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh penentang tokoh protagonis, yang biasanya memiliki sifat jahat. Dalam proses diskusi, apabila ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan guru dalam diskusi itu, guru tidak boleh meremehkan siswa. Jangan sampai kata-kata yang dikeluarkan oleh guru dapat membuat siswa merasa diremehkan dan merasa terhina karena dalam 5 kunci kemampuan siswa itu terdapat Dignity (Martabat) yang tidak boleh diabaikan oleh guru.
·         Dignity (martabat)
Siswa memiliki kemampuan bawaan untuk hidup dan bekerja penuh dengan harga diri. Dalam diri siswa, mereka ingin hidup dan bekerja dengan penuh martabat. Mereka tidak ingin diremehkan, direndahkan, dianggap tidak penting, dan tidak berharga. Untuk dapat memberikan inspirasi kepada siswa belajar aktif dengan menjalankan kelas dengan cara yang nyaman, yang mengasah, dan tidak menekan kemampuan siswa untuk berkegiatan dengan penuh kehormatan. Kita dapat menghindari hal-hal yang dapat mempermalukan siswa, memberikan hukuman yang dapat menyampaikan maksud kasih sayang dan rasa hormat, menemukan cara praktis untuk menghadiahi siswa setiap berusaha dengan sangat baik, dan menyampaikan harapan yang tinggi tanpa meningkatkan rasa cemas.
Setelah semua materi tersampaikan, siswa diarahkan untuk membentuk kelompok. Kelompok yang dibentuk beranggotakan 5 orang siswa dan bersifat heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut belajar (dalam Suyanto dan Asep;2012:172). Pada saat membentuk kelompok siswa diarahkan untuk duduk melingkar bersama masing-masing kelompok. Dalam hal ini siswa diajak  untuk bergerak (berpindah tempat), menyalurkan energi yang dimiliki siswa. Dalam mengelola kelas, hal yang mendasar yang mesti dikembangkan adalah siswa bergerak aktif ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalm proses belajar. Dave Meiler (dalam Suyanto dan Asep;2012:91) menyatatakan bahwa gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manuasia yang terlibat dalm gerakan tubuh (korteks motorik) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Dalam kelompok itu pula, siswa dapat mengespresikan perilaku tokoh dengan gerakan-gerakan. Hal ini diberikan karena dalam lima kunci kemampuan siswa juga dibahas mengenai energi yang dimiliki siswa yang harus disalurkan.
·         Energi
Siswa juga memiliki kemampuan alamiah untuk menjalani hidup dengan penuh semangat. Mereka ingin menjalani hidup dengan penuh energi. Guru harus mampu mengasah kemampuan siswa untuk hidup penuh energi. Siswa diharapkan dapat melakukan tugas sekolah dengan energi yang nyaman dan tetap mengalir. Guru dapat memanfaatkan kelompok-kelompok kecil, ajak siswa sesekali bergerak, dan ajak seluruh kelas bernyanyi.
Guru membebaskan siswa untuk memilih kelompokknya sendiri. Hal ini dilakukan untuk melatih siswa untuk mengatur dirinya sendiri. Guru tidak perlu membagi siswa sesuai dengan absen, atau cara lainnya. Guru hanya diberikan petunjuk bahwa dalam kelompok tersebut terdiri dari lima orang siswa dan harus bersifat heterogen. Guru membebaskan siswa memilih anggota kelompoknya dan memilih tokoh yang akan diperankan serta membebaskan siswa dalam mengeksplorasi ekspresi dari dialog tokoh yang terdapat dalam teks drama karena guru memperhatikan salah satu aspek dari 5 kunci kemampuan siswa yakni Self Management (Manajemen Diri). Guru tidak perlu mencontohkan bagaimana ekspresi-ekspresi yang ada dalam drama “Persahabatan” tersebut, tetapi siswa diberikan kebebasan untuk mengekspor dirinya sendiri untuk dapat mengekspresikan dialog-dialog yang ada di dalam drama.
·         Self Management (Manajemen Diri)
Semua orang memiliki kemampuan manajemen diri dan perlu dikemampuan ini dengan baik kepada siswa-siswi. Guru menginginkan siswa dapat berpikir sendiri dan mengolah diri sendiri. Untuk mengasah kemampuan manjemen diri guru dapat memasukkan beberapa pilihan dalam setiap pekerjaan rumah, biarkan siswa memilih sendiri rekan mereka untuk mengerjakan tugas, minta siswa membuat rencana pribadi untuk mengajari siswa yang lebih muda.
Setelah semua siswa mendapatkan kelompok siswa diberikan teks drama yang berjudul “Persahabatan”. Siswa diarahkan untuk membaca dan memahami teks drama yang sudah dibagikan. Setelah memahami teks drama tersebut, siswa dapat memilih tokoh yang diinginkan untuk diperankan. Untuk dapat menghayati watak tokoh yang akan diperankan, siswa tidak cukup membaca teks hanya satu kali tetapi mestinya berulang kali. Dalam usaha memahami naskah drama tersebut, guru harus dapat mengontrol kegiatan di masing-masing kelompok. Siswa harus mampu bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya. Jangan sampai dalam satu kelompok terdapat siswa yang bermusuhan, hal ini dapat menganggu jalannya komunikasi. Hal ini juga berkaitan dengan 5 kunci kemampuan siswa yang harus diperhatikan oleh guru yakni Communitas (komunitas).
·         Communitas (Komunitas)
Para siswa memiliki kemampuan untuk bergaul dan berhubungan baik dengan orang lainnya. Mereka tidak mau ditolak atau dikucilkan. Mereka ingin berada dalam komunitas bersama orang lain. Guru dapat melakukan pelajaran terstruktur, mendorong siswa yang cerewet menciptakan ruang yang cukup, dan membentuk kelompok pendukung.
Selain kerjasama dalam komunitas, guru juga harus membangkitkan rasa peduli siswa terhadap siswa lainnya. Jika ada siswa yang tidak memahami watak tokoh yang akan diperankan dapat bertanya dengan teman satu kelompoknya sebelum menanyakan kepada guru. Dalam kelompok-kelompok ini diharapkan terjadi kerjasama yang baik, tolong menolong sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga berkaitan dengan 5 kunci kemampuan siswa yang harus diperhatikan oleh guru yakni Awareness (Kepedulian).
·         Awareness (Kepedulian)
Semua siswa memiliki wawasan. Mereka memiliki kemampuan untuk bersikap waspada, siap, memperhatikan, dan mencermati. Guru selalu menginginkan siswa selalu dalam keadaan siap dan penuh rasa ingin tahu. Oleh karena itu, siswa diajarkan untuk tidak menekan, tetapi membentuk kemampuan berwawasan mereka. Untuk itu, kita dapat mencari cara untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih lambat, mengubah apa yang dikerjakan jika kita mendapati perhatian siswa bergeser, hindari membuat siswa yang berpikir cepat menjawab semua pertanyaan kita, dan sertakan aktivitas yang disenangi siswa.
            Setelah semua siswa membaca dan memahami teks drama yang dibagikan guru, siswa boleh menanyakan masalah-masalah yang ditemukan, yang tidak bisa dipecahkan di dalam kelompok. Guru akan memberikan pemecahan masalah yang dimiliki siswa dan guru dapat memperbaiki pemahaman siswa yang keliru. Jika semua siswa telah mengerti dan memahami tentang teks drama, siswa ditugaskan dirumah melatih diri untuk mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh yang ada dalam teks drama tersebut, dan pertemuan selanjutnya siswa mempraktekkan drama tersebut di depan kelas. Setelah segala sesuatunya jelas, guru menutup pelajaran dengan salam “Om Shanti, Shanti, Shanti Om”.
Menilai Pembelajaran Aktif
            Guru memegang kendali besar untuk dapat membuat siswa mengekspresikan potensi-potensi DESCA mereka dan menerapkannya dalam tugas sekolah sehari-hari. Pelaksanaannya dapat diukur pula. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan DESCA. Pertama, skala DESCA untuk menilai keberhasilan kelas (Gambar 2), dapat digunakan ketika kita ingin menilai kelas kita sendiri.  Para guru ingin mengetahui hasil dari sudut pandang siswa disarankan memilih instrumen yang mendekati bentuk kedua, kuesioner DESCA (Gambar 3). Dapat juga digunakan Skala Pembelajaran Aktif Sederhana (Gambar 4). Skala itu dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu:
·         Setiap siswa mengisi lembar tersebut setiap hari, tanpa mencantumkan nama. Guru akan menyortir lembar yang sudah dikumpulkan dan membuat bagan yang menunjukkan perkembangan yang terjadi seiring waktu.
·         Prosedur diatas dapat dilakukan pada tiga hari yang dipilih acak setiap bulannya. Nilai perolehan dalam tiga hari tersebut dirata-ratakan untuk menghasilkan satu nilai bulanan.
·         Untuk menyederhanakan penghitungan nilai, angka 1 dan 2 dapat dikelompokkan dan dipetakan sebagai “keterlibatan rendah” dan angka 3 dan 4 dapat dikelompokkan dan dipetakan sebagai “keterlibatan tinggi”.


Mengedepankan Pendidikan
Strategi-strategi yang akan temukan mengambarkan cara-cara praktis untuk meningkatkan nilai dalam penilaian pembelajaran aktif. Strategi-strategi tersebut menjabarkan bagaimana setiap kita dengan cara kita sendiri dapat menjalankan kelas yang terus memunculkan kemampuan DESCA. Para siswa cenderung memanjat naik Tangga Pembelajaran Aktif, sehingga kita akan melihat semakin sedikit atau tidak sama sekali siswa yang belajar setengah hati. Hasilnya yakni siswa lebih cepat dan mudah dalam mengerjakan tugas, nilai-nilai ujian meningkat, masalah yang berhubungan dengan kedisplinan menghilang, tingkat kehadiran meninggi, dan guru dapat menikmati mengajar.
Sesungguhnya sisi baiknya tampak menjalar melampui ruang kelas. Pengaruh yang dapat mengubah hidup dari mantan guru kelas 1 sekolah dasar, yang dalam penelitiannya hanya teridentifikasi sebagai “Miss A”(Pederson,Faucher,&Eaton dalam Merrill Harmin dengan Melanie Toth;2012:12). Guru kelas satu sekolah dasar telah memberikan pengaruh jangka panjang yang dramatis kepada para siswanya. Dia melakukan lebih dari sekadar mengajari membaca, menulis, dan berhitung. Mungkin dia melakukan yang disebut Marva Collis (dalam Merrill Harmin dengan Melanie Toth;2012:15) dengan istilah ‘Mengajar dengan Bergairah’ (Hot Teaching). “Ketika kita membuat pelajaran menjadi hidup,” Collis mengamati,”dengan apa yang disebut ‘Mengajar dengan Bergairah’, maka semua anak akan menjadi pemenang.”
Kami meyakini bahwa guru sekarang dapat mengarahkan tujuannya untuk membuat semua anak menjadi pemenang. Tidak perlu lagi melakukan usaha sia-sia terhadap para siswa yang tidak memiliki motivasi dan tidak disiplin. Tidak lagi bergulat dan memaksa siswa yang enggan dan tidak mau belajar untuk berubah. Sekarang guru tahu caranya siswa semacam itu dapat diberikan inspirasi  untuk menjadi lebih terlibat secara aktif dan bertanggung jawab.
Pendekatan yang menginspirasi ini mungkin dapat menjadi cara yang paling efisien dan mungkin merupakan satu-satunya untuk mengedepankan pendidikan. Memang sulit mewujudkan kegiatan sekolah yang efektif, jika kemampuan siswa yang positif dan konstruksi tidak diarahkan ke kegiatan sekolah
Bandingkan pendekatan pembelajaran aktif dengan motivasi yang hanya berdasarkan pemberian penghargaan dan hukuman yang berasal dari luar. Pendekatan ini cenderung akan memberikan ancaman kepada siswa. Ancaman cenderung meningkatkan suasana kelas yang negatif, menyebalkan, dan depresi di antara siswa dan guru. Menurut Guthrie (dalam Asri Buningsih, 2005; 26) hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun Skinener (dalam Suyanto dan Asep:2012;91) tidak menganjurkan digunakan hukuman dalam kegiatan belajar tetapi menggunakan penguatan negatif. Skiner mengemukakan beberapa alasananya yakni (1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara, (2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi bila hukuman berlangsung lama, (3) Hukuman mendorong si terhukum untuk mencari cara lain agar ia terbebas dari hukuman.
Bukan berarti pendekatan yang menginspirasi tidak disertai pemberian penghargaan dan hukuman. Penghargaan, senyuman, dan hadiah dapat dengan baik mengispirasi para siswa. Hukuman yang sesuai dapat menjadi cara terbaik untuk mengispirasi seseorang agar mau memperhatikan dan mungkin mengubah perilaku. Agar berdampak positif, hukuman harus bersadar pada suatu konteks kasih sayang. Siswa harus yakin bahwa hukuman yang diberikan bukan untuk menyakiti atau akibat dari rasa frustasi atau amarah. Siswa harus memahami hukuman adalah hasil kepedulian tulus sehingga siswa belajar untuk menjadi lebih aktif dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

DESCA sebagai suatu Tema yang Mengintegrasi
            DESCA dapat menjadi suatu tema yang mengidentifikasi. Ada banyak sekali gagasan-gagasan baru bermunculan. Gagasan-gagasan baru ini rentan sekali dipandang sebagai metode-metode pengembangan yang tidak saling berhubungan, sekedar tren yang datang dan pergi, silih berganti. Mengajar merupakan suatu profesi dalam bidang pertolongan. Apa pun tingkatan kelasnya atau mata pelajarannya, pekerjaan kita  pada dasarnya membantu siswa. Selain itu, misi kita adalah bertujuan untuk membantu para siswa belajar dengan cara yang dapat mengembangkan hal-hal positif dan kontruktif di dalam diri mereka, misalnya kemampuan yang mereka miliki untuk hidup dan bekerja dengan martabat diri, energi yang terus ada, manajemen diri yang cerdas, perasaan berada di dalam komunitas, dan berkepedulian luas. Gagasan-gagasan ini dapat membantu mengajarkan apa pun yang diajarkan dengan cara yang sesuai dengan perkembangan DESCA. Dengan membuat setiap gagasan berperan dalam tugas kita, yaitu melakukan yang terbaik yang kita dapat dilakukan, tindakan hal ini dapat membantu kita terhindar dari melupakan gagasan yang lama sebaliknya tetap membuat gagasan hidup dan fungsional bagi kita.

Gambar 4
Skala Pembelajaran Aktif

Bagaimana perasaanmu di kelas hari ini?
(Lingkari salah satu angka)
1
2
3
4
Sangat tidak aktif atau merasa bosan
Sering kali merasa aktif dan siap
Cukup aktif dan siap
Sangat aktif dan siap



Daftar Pustaka
Budingsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta
Harmin, Merrill dan Melane Toth. 2012. Pembelajaran Aktif yang Menginspirasi. Jakarta: Indeks
Johnson, LouAnne. 2009. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. San Fransisco:Indeks
Nurjaya. 2013. Metode Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Singaraja:Undiksha
Proborini, Meiti W. 2006. Model-model Pembelajaran. Denpasar: Universitas Udayana
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Cendana
Sudiana. 2006. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Sidoarjo:Media Ilmu
Suyanto dan Asep Djihad.2012. Calon Guru dan Guru Profesional.Yogyakarta:Multi Pressindo
Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta:Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar